Kamis, 30 April 2015

Tugas Softskill PKN 2 Tentang Kerjasama Indonesia Dengan Negara Asing

Masyarakat Ekonomi ASEAN, Mitos Dan Kecemasan

Ribuan petani dan pekerja kebun tebu serta karyawan pabrik gula seluruh Jawa Timur serta Jawa Tengah dan Jawa Barat melakukan aksi dijalan Pahlawan, Surabaya, Selasa (21/12). Aksi ini sebagai bentuk penolakan para petani tebu terhadap rencana Menteri Perdagangan yang akan membebaskan peredaran gula rafinasi yang berasal dari gula mentah impor.


TEMPO.CO, Bandung- Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan melakukan penelitian mengenai kesiapan masyarakat Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan mulai berlaku akhir 2015.

"Beberapa bulan ke depan kami akan meneliti sejauh mana kesiapan para pelaku usaha di Indonesia menyongsong MEA, sehingga nantinya bisa tahu sektor apa yang siap dan yang tidak siap" ujar Kepala BPPK Kemenlu, Darmansjah Djumala dalam Diskusi Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri di Universitas Parahyangan, Jalan Ciumbuleuit, Kota Bandung, pada Rabu, 18 Februari 2015.

Menurut Darmansjah, hasil penelitian itu akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah Indonesia mengenai strategi yang akan dipakai dalam MEA. "Itu akan menjadi pedoman pemerintah, yang di dalamnya mengatur regulasi barang keluar dan masuk," katanya.

Darmansyah menuturkan ada semacam mitos yang berkembang di masyarakat jika nanti setelah diberlakukan MEA, barang-barang dari negara-negara Asean akan menyerbu pasar Indonesia. "Padahal Indonesia pun memiliki peluang yang sangat besar untuk menyerbu pasar Asean," kata dia.

"Awal 2016, sebanyak 480 juta pasar di luar sana terbuka bagi kita, jangan berpikir kita aja yang diserang, kitapun bisa menyerang, tergantung produk apa yang akan kita jual di pasar asean itu," kata Darmansjah.

Adanya liberisasi ekonomi di Asean, Darmansjah menuturkan, persaingan akan semakin tinggi dan efisiensi produk akan semakin besar karena jangkauan pasarnya sangat luas. "Ini merupakan hikmah dari liberalisasi MEA, kita harus balance, jangan terlalu pesimis tapi harus melihat sisi optimianya," kata dia

Sementara itu, Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Unpar, Bob S. Hadiwinata menyatakan sangat sulit bagi Indonesia jika MEA mulai diberlakukan. "Kecuali bertahap, saya kira indonesia akan bisa bertahan," kata dia.

Hadiwinata menuturkan, kebijakan MEA merupakan tiruan dari sistem ekonomi liberal Uni Eropa, yaitu perekonomian negara-negara Eropa di atur dalam satu pintu sistem ekonomi bersama. "Namun meski begitu tetap berbeda dengan negara-negara Uni Eropa yang mulai dari pasar bersama baru kemudian ke wilayah ekonomi bersama, sehingga telah siap seluruhnya," kata Hadiwinata.

"Asean itu kan organisasi yang diinisiasi oleh para pemimpin sehingga rakyat kecil ketika ditanya Asean itu apa cenderung tidak tahu karena tidak merasakan secara langsung manfaatnya, berbeda dengan Uni Eropa yang memang dirasakan langsung oleh rakyat kecil, seumpama panen gagal, petani disubsidi langsung oleh Uni Eropa," katanya.

Kesimpulan Isi Berita:
 Dari berita yang dijabarkan diatas, dapat saya simpulkan bahwa terjadi kecemasan di masyarakat. Yang bisa kita ambil contoh dari para pekerja kebun tebu membuat aksi penolakan pada pemerintah karena membebaskan peredaran gula impor di Indonesia. Kecemasan masyarakat indonesia dalam menghadapai MEA ( masyarakat ekonomi asean) karena masyarakat indonesia takut akan serbuan pasar luar negeri yang masuk ke indonesia. Sehingga bisa merugikan mereka akan produk dalam negri yang mungkin kurang banyak diminati di negara sendiri.

Analisis:
Dari berita diatas dapat kita ketahui bahwa MEA (masyarakat ekonomi asean) adalah kerjasama perdagangan bebas antar negara asia sehingga barang dari luar negeri lebih mudah masuk kedalam negara. Kalau menurut saya, saya sendiri juga kurang setuju akan adanya masyarakat ekonomi asean ini karena ada 2 kemungkinan : bisa membuat negara kita menjadi maju atau sebaliknya. Banyaknya barang impor yang masuk kedalam negri saja sudah merugikan pedagang lokal. Apalagi MEA nanti besar kemungkinan kapasitas barang produksi luar yang akan masuk kedalam negri pun semakin banyak lagi. Dan dari segi pendidikan pun kita lemah dan kalah saing dengan orang luar yang mencari kerja di indonesia. Tidak tertutup kemungkinan juga sumber daya alam yang kita punya akan dimiliki negara asing yang bisa berdampak rusaknya ekosistem di indonesia. Segi baiknya pun sebenarnya tidak kalah banyak kok, selain itu indonesia lebih mudah mencari pekerjaan keluar negri dan aksesnya pun menjadi mudah. Serta lebih mudah juga produk indonesia masuk ke luar negri dan tentunya dapat meningkatkan ekspor dari sebelumnya. Serta dapat meningkatkan defisit neraca perdangangan negara indonesia sendiri

Saran Dalam Masalah Tersebut:
Saran yang dapat saya berikan untuk masalah ini adalah. Harusnya pemerintah memberikan dana atau ajakan bagi para pengrajin atau pedangan produk lokal untuk memperbaiki standar mutu dari barang itu sendiri sehingga dapat mempunyai kualitas yang sama dengan barang impor. Serta menciptakan ide barang lokal yang kreatif dan inovatif lagi untuk menarik para pembeli asing. Yang kedua adalah pemerintah tiap daerah mengadakan perbaikan infrastruktur di tiap daerah agar memberikan kesan indonesia adalah negara yang rapi. Yang ketiga adalah menjaga sumber daya alam agar tidak di ekploitasi besar besaran oleh bangsa asing, tentu kita sendiri tidak mau bukan milik negara kita tetapi dikuasi negara asing?. Yang keempat yaitu memperbaiki sumber daya manusia sendiri, membimbing masyarakat indonesia untuk setidaknya wajib belajar sembilan tahun, dan memberikan pelatihan pelatihan pada seluruh lapisan masyarakat agar mempunyai bekal keterampilan untuk bersaing pada MEA nanti. Dan masih banyak lagi yang harus di rapihkan dari indonesia sendiri.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2015/02/18/090643592/Masyarakat-Ekonomi-Asean-Mitos-dan-Kecemasan


Demikian penjabaran saya tentang Masyarakat Ekonomi Asean. Sekian dan terima kasih.